Assalamu’alaikum …
^_^
Tadi adik ane izin hari Sabtu mau mabit di HARUM … jadi berniat untuk posting tentang tafakur dehh … hmm … udah lama nggak ikut mabit. Terakhir itu sewaktu ane nguli di UHAMKA … udah lumayan lama … 3 tahunan … hehehe …
Yuk bahas tentang tafakur yang diulik oleh bapak Setiyo Purwanto, S.Psi. dari Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
TAFAKUR SEBAGAI SARANA TRANSENDENSI
Sepanjang zaman, manusia bertanya “siapakah Aku?” tradisi keagamaan menjawabnya dongan menukik ke dalam, “wujud spiritual, ruh”. Praktik-praktik keagamaan mengajarkan kita untuk menyambungkan diri kita dengan bagian terdalam ini. Psikologi modern menjawab dengan menengok ke dalam (tidak terlalu dalam), self, ego, eksistensi psikologis. Psikologi transpersonal menggabungkan kedua jawaban ini. la mengambil pelajaran dari semua angkatan psikologi dan kearifan perenial agama dan mengajarkan praktik-praktik untuk mengantarkan manusia pada kesadaran spiritual, di atas id, ego, dan superego.
Islam sebagai agama yang besar memberikan banyak metode untuk mencapai kualitas manusia yang tinggi. Islam tidak hanya memperhatikan aspek luarnya saja (eksoterik) seperti rukun sholat, zakat, haji namun juga sisi isoteriknya seperti pembinaan hati, ketakwaan, kesabaran, keikhlasan, dan kepasrahan. Dengan pembinaan sisi isoterik ini Islam mampu mengantarkan seseorang memiliki keulotan, keberanian, dan ketenangan yang luer biasa dalam menghadapi permasalahan hidup (Hamdani. 1989)
Bertafakur merupakan salah satu cara untuk lobih mendalami ajaran-ajaran isoterik Islam. Dimana dalam bertafakur ini seseorang diajak memahami sesuatu kejadian tidak hanya sebatas ompiris tapi lebih dari itu, pemahaman secara transendental (An-Najar, 2001).
Dalam psikologi, tafakur sering dikaitkan dengan aktifitas kognitif yaitu berpikir namun dalam bertafakur tidak hanya sebatas berpikir saja metainkan juga aktivitas afektif. Menurut Imam Al-Ghazali (dalam Badri,1989), jika ilmu sudah sampai pada hati, keadaan hati akan berubah, jika hati sudah berubah, perilaku anggota badan juga akan berubah. Perbuatan mengikuti keadaan, keadaan akan mengikuti ilmu dan ilmu mengikuti pikiran, oleh karena itu pikiran adalah awal dari kunci segala kebaikan dan caranya adalah dengan bertafakur.
Tafakur
Bertafakur tentang ciptaan Allah SWT merupakan ibadah mulia yang diserukan Islam. Oleh karena itu, tidaklah heran jika dalam Al-Quran, dalam beberapa ayatnya, kita menemukan perintah untuk bertafakur dan merenungkan segala ciptaan Allah SWT di langit dan di bumi. Al-Quran dalam beberapa ayatnya menggerakan hati manusia dengan mengingat keagungan-Nya. Dalam surat Ali Imron ayat 190-191, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikukaunya tentang penciptaan langit dan bumi (soraya Umkata): “ya Tuhan kami, tiadalah engkau menaptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Mentafakuri penciptaan langit dan bumi serta segala poii’-tiwa yang terjadi di dalamnya merupakan suatu hal yang tidak di’oatasi oleh faktor waktu dan ruang. Tafakur merupkan ibadah yang bebas. Seorang mukmin bebas dan merdeka untuk melihat dan berimajinasi, tafakur merupakan pengembaraan pikiran intuitif yang dapat menghidupkan dan menyinari mata hati ketika pikiran menerobos dinding-dinding lam la kekuasaan Allah (Bndri, 1989).
Sebayaimana kegiatan berpikir adalah kunci kobaikan d.in amal saleh, ia juga merupakan pangkal segala perbuatan maksiat lahir dan batin. Oleh karena itu hati yang selalu merenung atau bertafakur tentang ketinggian dan keagungan Allah serta selalu memikirkan kehidupan akhirat, akan dapat membongkar dengan mudah niat-niat jahat yang terlintas dalam benaknya. Karena ia memiliki kepekaan dan ketajaman sebagai hasil zikir dan tafakurnya.
Dalam prose tafakur seorang mukmin akan memanfaatkan pengalaman-pengalaman lamanya dan menghubungkannya dengan persepsinya terhadap sogala ciptaan yang sedang ia renungkan, melalui rumnusan bahasa yang ia digunakan. Dan menghubungkan persepsi yang didapatinya dan tafakurnya itu dengan gambaran lamanya, sekaligus sebagai bahan untuk mendapatkan kemungkinan positif untuk hidup di kemudian hari. Semua ini berproses dengan penuh cinta, rasa takut, dan tanggung jawab kepada Allah SWT. Oleh karena itu Imam Al-Ghazali (dalam Badri 1989) menegaskan bahwa tafakur adalah menghadirkan dua macam pengetahuan di dalam hati untuk merangsang timbulnya pengetahuan yang ketiga. Dalam hal ini dapat penulis contohkan, ada seseorang yang begitu mementingkan kehidupan dunia, tetapi ia ingin membuklikan bahwa kehidupan akhirat lebih utama dan harus didahulukan. Pertama, ia harus mengetahui bahwa yang lebih kekal adalah yang lebih penting. Kedua, bahwa akhirat itu lebih kekal. Dan kedua pengetahuan ini akan didapatkan pengetahuan ketiga, yaitu akhirat lebih penting. Jadi, pengetahuan baru akan muncul bila ada pengembangan dua premis pengetahuan sebelumnya.
Seseorang yang memiliki pengetahuan yang keliru atau kurang memadai tingkat keilmuannya dapat mengakibatkan seseorang menjadi sesat atau tidak mendapatkan apa-apa dalam bertafakur. Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan tentang sifat-sifat Allah akan kesulitan dalam menafsirkan beberapa kejadian alam semesta, bisa jadi musibah yang dia terima merupakan kemarahan Allah atas dirinya, padahal musibah itu bisa jadi pelajaran bagi
dirinya. Tafakur dasarnya adalah ilmu sehingga Islam monganjurkan untuk terus menerus mencari ilmu sebagai bahan tafakurnya.
dengan mentafakuri setiap kejadian , disaat kekurangan atau berkelebihan, disaat dizholimi maupun dipuji , kita tetap mampu tersenyum dengan kwalitas yang sama ….
Assalamu’alaikum…
ijin membaca arti tafakur…
^_^
tafadhol kang …
tafakur, ajang introspeksi
yuphz … ^_^
Insya Allah, dengan bertafakur kita akan bisa semakin menginstropeksi diri bahwa kita adalah makhluk lemah yang senantiasa memrlukan pertolongan Allah Taala. Dan dengan bertafakur pula, kita akan semakin mengetahui kebesaraan Allah Taala melalui penciptaan Nya yang luar biasa
^_^ assalamu’alaikum … salam ukhuwah kang Ifan …
hmm … insya allah …
subhanallah…
^_^
syukron untuk kunjungannya, mbah ,,,
wuaa..pertamax..
^_^
iya nih mbak fitri …