Mungkin, Itulah Kenyataannya …

Begitu melihat koran yang Ayah beli hari ini tergeletak atas meja, aku tertarik untuk membacanya. Itu karena tulisan itu begitu besar tercetak. Tulisan yang menggugahku untuk membacanya.

Kuambil koran itu lalu dengan seksama kubaca perlahan. Ehm, aku mengguman dengan sebelah alis terangkat. Makin edan saja dunia. Begitu pikir singkatku tanpa memandangnya dengan pikiran positif. Ku seruput teh buatan Bunda. Kemudian kulanjutkan membaca koran.

Tak terasa terlalap habis berita yang ada di koran itu. Dengan tergesa aku mengambil sebuah buku. Buku harianku. Tak banyak bertanya pada diri sendiri, kutulis semua yang baru saja kubaca. Ku tulis dengan ribuan penghayatan. Cukup pandai tangan ini menulis. Cukup rapi semuanya terlihat.

Lihat!

Gumamku.

B – O – D – O H

Entah mengapa hanya kata itu yang pantas mewakili berita yang baru saja kubaca. Dan aku sungguh-sungguh menulisnya di buku harianku. Aku, Aku seorang gadis mungil berusia sepuluh tahun. Aku yang begitu membenci sebuah kemunafikan dunia karena aku menyesal terlahir di sebuah kota yang kaya akan orang berdasi namun miskin akan kejujuran.

Maaf,

Maaf aku menulis itu…

Karena aku baru berumur sepuluh tahun…

Maafkan karena kepolosanku…

Maaf…

Tapi kurasa…Itulah kenyataannya…

Karena kurasa, makin sulit saja mencari sosok yang dapat dijadikan tauladan di dunia ini …